Minggu, 06 Oktober 2013

Kepada kau, tamu tak diundang

Assalamualaikum
Untukmu yang entah di mana berada, selamat malam.
Ini aku, gadis yang kau bilang wajahnya masih seperti anak SMA. Apa kabarmu wahai pria dua puluh sembilan maret lalu?
Malam ini, ketika mataku hampir tertutup tak sanggup menahan kantuk, tiba-tiba saja ponsel di samping kiri bantal tempatku meletakkan kepala ini bergetar. Hatiku bertanya, "Siapa sih orang yang menghubungiku selarut ini?"

Awalnya aku ogah-ogahan, kuraih ponsel itu. Namun tubuhku bergetar hebat seketika melihat ternyata namamu yang muncul di layar gadget miniku itu. Ujung kaki hingga rambutku seperti disengat listrik 220 volt saat ini. Kau tahu kenapa? Karena hampir tak percaya itu adalah kau. Penyebab lampu pada layar ponselku menyala. Ya, Tuhan... rasanya aku tak bisa menggerakkan tubuhku saat ini.

Kepada kau, tamu tak diundang yang berani masuk dalam hidupku :)
entah bagaimana caraku untuk mengatakannya, bahagia ini benar-benar tak bisa kulukiskan. Ketika aku menekan tombol answer pada touchscreen miniku itu.

"Hei, apa kabar?" ucapmu lirih.
"Masih boleh kah aku menghubungimu?"
"Bagaimana keadaanmu? Apa kau baik-baik saja?"
"Aku tak mengganggumu, kan?"

Senangnya aku dapat mendengar suara mu yang slalu menenangkanku itu lagi. Sudah lama rasanya aku tak berbincang denganmu.

Kepada kau, suara di ujung telepon malam ini. Aku bahagia :) meski aku tak sempat menjawab pertanyaan darimu itu, karena pada saat ini lidahku kaku dan sinyalpun jua tak bersahabat. Namun aku sungguh bahagia :)
Kau tahu? Ketika kau menanyakan kabarku lagi, hatiku tak hentinya mengucap syukur pada Tuhan.

Kepada kau penyebab penantian di ujung malam-malamku kini, thanks for tonight. Tak kurang dari satu menit dua puluh empat detik baru saja, tak mengapa. Itu tak membuat hatiku murung. Aku berharap, ini menjadi awal yang baik untuk semuanya.

Kepada kau yang (pernah) dan (masih) ada dihati ini, terima kasih untuk waktu yang kurang dari sepertigapuluh jam malam ini. Semoga Allah menunjukkan jalan untuk 'kita' yang (belum)  berakhir. Untuk 'kita' yang (sebenarnya) masih berjuang dalam doa. Terima kasih karena malam ini. Lewat doa, aku titipkan rindu ini, melalui Sang Illahi menujumu yang ada di kota sebrang.

Kepada kau, pria dua puluh sembilan maret lalu, dalam sunyinya malam ini, dalam lirih suara di ujung telepon tadi, aku merindukanmu (lagi).

Tears!