Rabu, 02 April 2014

not for 'regret'


RENUNGKAN LAH TEMAN

Dimana rumahmu Nak?

Orang bilang anakku seorang aktivis . Kata mereka namanya tersohor dikampusnya sana . Orang bilang anakku seorang aktivis.Dengan segudang kesibukan yang disebutnya amanah umat . Orang bilang anakku seorang aktivis .Tapi bolehkah aku sampaikan padamu nak ? Ibu bilang engkau hanya seorang putra kecil ibu yang lugu.

Anakku,sejak mereka bilang engkau seorang aktivis ibu kembali mematut diri menjadi ibu seorang aktivis .Dengan segala kesibukkanmu,ibu berusaha mengerti betapa engkau ingin agar waktumu terisi dengan segala yang bermanfaat.Ibu sungguh mengerti itu nak, tapi apakah menghabiskan waktu dengan ibumu ini adalah sesuatu yang sia-sia nak ? Sungguh setengah dari umur ibu telah ibu habiskan untuk membesarkan dan menghabiskan waktu bersamamu nak,tanpa pernah ibu berfikir bahwa itu adalah waktu yang sia-sia.

Anakku,kita memang berada disatu atap nak,di atap yang sama saat dulu engkau bermanja dengan ibumu ini .Tapi kini dimanakah rumahmu nak?ibu tak lagi melihat jiwamu di rumah ini .Sepanjang hari ibu tunggu kehadiranmu dirumah,dengan penuh doa agar Allah senantiasa menjagamu .Larut malam engkau kembali dengan wajah kusut.Mungkin tawamu telah habis hari ini,tapi ibu berharap engkau sudi mengukir senyum untuk ibu yang begitu merindukanmu . Ah,lagi-lagi ibu terpaksa harus mengerti,bahwa engkau begitu lelah dengan segala aktivitasmu hingga tak mampu lagi tersenyum untuk ibu . Atau jangankan untuk tersenyum,sekedar untuk mengalihkan pandangan pada ibumu saja engkau engkau,katamu engkau sedang sibuk mengejar deadline. Padahal,andai kau tahu nak,ibu ingin sekali mendengar segala kegiatanmu hari ini,memastikan engkau baik-baik saja,memberi sedikit nasehat yang ibu yakin engkau pasti lebih tahu.Ibu memang bukan aktivis sekaliber engkau nak,tapi bukankah aku ini ibumu ? yang 9 bulan waktumu engkau habiskan didalam rahimku..

Anakku, ibu mendengar engkau sedang begitu sibuk nak. Nampaknya engkau begitu mengkhawatirkan nasib organisasimu,engkau mengatur segala strategi untuk mengkader anggotamu . Engkau nampak amat peduli dengan semua itu,ibu bangga padamu .Namun,sebagian hati ibu mulai bertanya nak,kapan terakhir engkau menanyakan kabar ibumu ini nak ? Apakah engkau mengkhawatirkan ibu seperti engkau mengkhawatirkan keberhasilan acaramu ? kapan terakhir engkau menanyakan keadaan adik-adikmu nak ? Apakah adik-adikmu ini tidak lebih penting dari anggota organisasimu nak ?

Anakku,ibu sungguh sedih mendengar ucapanmu.Saat engkau merasa sangat tidak produktif ketika harus menghabiskan waktu dengan keluargamu . Memang nak,menghabiskan waktu dengan keluargamu tak akan menyelesaikan tumpukan tugas yang harus kau buat,tak juga menyelesaikan berbagai amanah yang harus kau lakukan .Tapi bukankah keluargamu ini adalah tugasmu juga nak?bukankah keluargamu ini adalah amanahmu yang juga harus kau jaga nak?

Anakku,ibu mencoba membuka buku agendamu .Buku agenda sang aktivis.Jadwalmu begitu padat nak,ada rapat disana sini,ada jadwal mengkaji,ada jadwal bertemu dengan tokoh-tokoh penting.Ibu membuka lembar demi lembarnya,disana ada sekumpulan agendamu,ada sekumpulan mimpi dan harapanmu.Ibu membuka lagi lembar demi lembarnya,masih saja ibu berharap bahwa nama ibu ada disana.Ternyata memang tak ada nak,tak ada agenda untuk bersama ibumu yang renta ini.Tak ada cita-cita untuk ibumu ini . Padahal nak,andai engkau tahu sejak kau ada dirahim ibu tak ada cita dan agenda yang lebih penting untuk ibu selain cita dan agenda untukmu,putra kecilku..

Kalau boleh ibu meminjam bahasa mereka,mereka bilang engkau seorang organisatoris yang profesional.Boleh ibu bertanya nak,dimana profesionalitasmu untuk ibu ?dimana profesionalitasmu untuk keluarga ? Dimana engkau letakkan keluargamu dalam skala prioritas yang kau buat ?
Ah,waktumu terlalu mahal nak.Sampai-sampai ibu tak lagi mampu untuk membeli waktumu agar engkau bisa bersama ibu..

Setiap pertemuan pasti akan menemukan akhirnya. Pun pertemuan dengan orang tercinta, ibu, ayah, kakak dan adik. Akhirnya tak mundur sedetik tak maju sedetik .Dan hingga saat itu datang,jangan sampai yang tersisa hanyalah penyesalan. Tentang rasa cinta untuk mereka yang juga masih malu tuk diucapkan. Tentang rindu kebersamaan yang terlambat teruntai.


"Alasan yang membuatku tak menyesal untuk memutuskan satu hal besar dalam hidup ini, mama, iloveyouforever:)"
(Tuhan, jauhkan aku dari sikap seperti itu, selalu ingatkan aku akan mereka yang selalu menyayangiku tanpa batas)

Kamis, 27 Maret 2014

Kutipan

"YANG TIDAK BISA DIUCAPKAN AYAH"

Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, yang sedang bekerja diperantauan, yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya.....

Akan sering merasa kangen sekali dengan Mamanya..
Lalu bagaimana dengan Papa?

Mungkin karena Mama lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari, tapi tahukah kamu, jika ternyata Papa-lah yang mengingatkan Mama untuk menelponmu?
Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Mama-lah yang lebih sering mengajakmu
bercerita atau berdongeng, tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Papa bekerja dan dengan wajah lelah Papa selalu menanyakan pada Mama tentang kabarmu dan apa yang kau lakukan seharian?

Pada saat dirimu masih seorang anak perempuan kecil......
Papa biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda.
Dan setelah Papa mengganggapmu bisa, Papa akan melepaskan roda bantu di sepedamu... Kemudian Mama bilang : "Jangan dulu Papa, jangan dilepas dulu roda bantunya" ,
Mama takut putri manisnya terjatuh lalu terluka....

Tapi sadarkah kamu?
Bahwa Papa dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu putri kecilnya PASTI BISA.

Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, Mama menatapmu iba.
Tetapi Papa akan mengatakan dengan tegas : "Boleh, kita beli nanti, tapi
tidak sekarang"
Tahukah kamu, Papa melakukan itu karena Papa tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi?

Saat kamu sakit pilek, Papa yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit
membentak dengan berkata : "Sudah di bilang! kamu jangan minum air dingin!".

Berbeda dengan Mama yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut.
Ketahuilah, saat itu Papa benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.

Ketika kamu sudah beranjak remaja.....
Kamu mulai menuntut pada Papa untuk dapat izin keluar malam, dan Papa
bersikap tegas dan mengatakan: "Tidak boleh!".
Tahukah kamu, bahwa Papa melakukan itu untuk menjagamu?
Karena bagi Papa, kamu adalah sesuatu yang sangat - sangat luar biasa
berharga..
Setelah itu kamu marah pada Papa, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu...

Dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah Mama.. ..
Tahukah kamu, bahwa saat itu Papa memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya,
Bahwa Papa sangat ingin mengikuti keinginanmu, Tapi lagi-lagi dia HARUS
menjagamu?

Ketika saat seorang cowok mulai sering menelponmu, atau bahkan datang ke
rumah untuk menemuimu, Papa akan memasang wajah paling cool sedunia.... :')
Papa sesekali menguping atau mengintip saat kamu sedang ngobrol berdua di ruang tamu..
Sadarkah kamu, kalau hati Papa merasa cemburu?

Saat kamu mulai lebih dipercaya, dan Papa melonggarkan sedikit peraturan
untuk keluar rumah untukmu, kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya.
Maka yang dilakukan Papa adalah duduk di ruang tamu, dan menunggumu pulang dengan hati yang sangat khawatir...
Dan setelah perasaan khawatir itu berlarut - larut...
Ketika melihat putri kecilnya pulang larut malam hati Papa akan
mengeras dan Papa memarahimu.. .

Sadarkah kamu, bahwa ini karena hal yang di sangat ditakuti Papa akan segera datang?
"Bahwa putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan Papa"

Setelah lulus SMA, Papa akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang Dokter atau Insinyur.
Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Papa itu semata - mata
hanya karena memikirkan masa depanmu nanti...
Tapi toh Papa tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginan Papa

Ketika kamu menjadi gadis dewasa.... Dan kamu harus pergi kuliah dikota lain... Papa harus melepasmu di bandara.
Tahukah kamu bahwa badan Papa terasa kaku untuk memelukmu?
Papa hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini - itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati. .
Padahal Papa ingin sekali menangis seperti Mama dan memelukmu erat-erat.
Yang Papa lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan
menepuk pundakmu berkata "Jaga dirimu baik-baik ya sayang".
Papa melakukan itu semua agar kamu KUAT....kuat untuk pergi dan menjadi
dewasa.

Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Papa.
Papa pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain.
Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan Papa tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan...

Kata-kata yang keluar dari mulut Papa adalah : "Tidak.... Tidak bisa!"
Padahal dalam batin Papa, Ia sangat ingin mengatakan "Iya sayang, nanti Papa belikan untukmu".
Tahukah kamu bahwa pada saat itu Papa merasa gagal membuat anaknya tersenyum?

Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana.
Papa adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu.
Papa akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat "putri kecilnya yang
tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang"

Sampai saat seorang teman Lelakimu datang ke rumah dan meminta izin pada Papa untuk mengambilmu darinya.
Papa akan sangat berhati-hati memberikan izin.. Karena Papa tahu.....
Bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti.

Dan akhirnya....

Saat Papa melihatmu duduk di Panggung Pelaminan bersama seseorang Lelaki yang di anggapnya pantas menggantikannya, Papa pun tersenyum bahagia....
Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu Papa pergi kebelakang
panggung sebentar, dan menangis?
Papa menangis karena papa sangat berbahagia, kemudian Papa berdoa....
Dalam lirih doanya kepada Tuhan, Papa berkata: "Ya Tuhan tugasku telah
selesai dengan baik....
Putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita yang cantik....
Bahagiakanlah ia bersama suaminya..."

Setelah itu Papa hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk...
Dengan rambut yang telah dan semakin memutih....
Dan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya....
Papa telah menyelesaikan tugasnya....

Papa, Ayah, Bapak, atau Abah kita...

Adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat...
Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis...
Dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu. .
Dan dia adalah orang pertama yang selalu yakin bahwa "KAMU BISA" dalam
segala hal..

Saya mendapatkan notes ini dari seorang teman, dan mungkin ada baiknya jika membagikannya kepada teman-teman yang lain.

Tulisan ini aku dedikasikan kepada teman-teman wanita ku yang cantik, yang kini sudah berubah menjadi wanita dewasa serta ANGGUN, dan juga untuk teman-teman pria ku yang sudah ataupun akan menjadi ayah yang HEBAT !

Yup, banyak hal yang mungkin tidak bisa dikatakan Ayah / Bapak / Romo / Papa / Papi kita... tapi setidaknya kini kita mengerti apa yang tersembunyi
dibalik hatinya.*

Senin, 18 November 2013

Inikah cinta atau...?

"Kamu pikir gampang untuk melupakan semuanya. setelah semua hal manis yang kita lewati. dengan mudahnya kamu bilang lupakan semua. apa kamu pernah berpikir gimana sakitnya perasaanku saat kamu mutusin untuk akhiri semuanya?"

telepon terputus.

Tubuhku terhempas seketika pembicaraan berakhir. Kata-kata terakhirnya masih terus terngiang ditelinga ini.

"Lupakan aku. aku gak pantas untuk kamu perjuangin"

Tau apa kau tentang perjuanganku? Hanya aku yang tau siapa yang pantas untuk ku perjuangkan. Kau tak akan pernah paham sampai kau berada pada posisi ku. Posisi ketika kau benar-benar cinta namun harus menghadapi kenyataan terpaksa melepaskan.

Aku ingin melangkah menuju kursi kecil didekat tempat tidurku, namun kakiku lemah. Ponsel yang menjadi perantara interaksi antara aku dan lelaki itu kini pun tak berada di genggamanku lagi. Aku terkulai kaku dibalik pintu kamarku. Kutekuk kakiku, masih gemetar rasanya. Aku menangis sekencangnya.

"Aku menyayangimu, namun semuanya buatku ga mampu"
Air mata makin deras.

"Maafin aku, aku bukan lelaki yang baik"
Aku menutup telingaku.

"Kamu pantas bahagia dengan dia yang terbaik"
Ah, suara diujung telepon malam itu buatku tak ingin memindahkan tangan dari kedua telingaku.

Aku masih tak mengerti. Sedikitpun. Malam ini sama seperti malam-malam sebelumnya. Kucoba memikirkan hal-hal lalu ketika kami masih melalui segalanya bersama. Namun lagi-lagi tetap sama, sedikitpun tak kutemui penyebab apa yang menjadikan kesendirian ini berawal.

"Kamu gak bisa memaksakan semuanya"
Kembali terngiang suara yang tak asing ditelingaku.

"Segala hal yang dipaksakan itu gak kan pernah baik hasilnya"
Lagi dan lagi.

"Lupakan aku. lupakan semua tentang kita. kamu bisa mendapatkan pengganti yang jauh lebih baik dari aku"
Aku menutup kedua telingaku juga mataku.

"Maafkan aku, tapi kamu berhak mendapatkan yang terbaik"

"Cukupppppppp" pekikku.

Kupandangi sekeliling kamar tempatku berdiri saat ini. Tak ada seorangpun disini. Hanya sebuah cermin besar, yang didalamnya terpantul seorang gadis berdiri menghadapku. Wajahnya terlihat lemah, tatapnya hampa, matanya sembab karna terlalu banyak menangis. Gadis itu adalah aku. Aku yang sedari tadi berdiri menghadap cermin yang telah retak karena ulahku. Karena aku lelah, karena aku tak tahan lagi mendengar suara-suara yang tak asing itu terus menggerayangi pendengaranku.

Entah bagaimana caranya, tapi suara itu terus terdengar dan tak henti mengusikku. Air wudlu. segera kubasuh wajahku, kemudian melarutkan diri dalam obrolan bersama-Nya. Mukena yang kukenakan, terasa lembab dibagian bawah daguku. Mungkin karna airmata yang tak henti menetes disepanjang ku menengadahkan tangan dihadapan Tuhan.

Entah apa yang kupikirkan tapi dalam hening malam ini terselip kalimat lirihku pada-Nya. Sajadah merah bata berlukiskan kubah rumah Tuhan yang kini menjadi media tempat berkomunikasi dan menciptakan percakapan khusyukku dengan-Nya turut nenjadi saksi bisu lara ini. Makhluk ciptaan-Nya benar-benar berhasil membuat wajah ini tertekuk lemah.

Entah harus aku anggap apa setiap hal yang kulalui setelah mengenalnya kini. Inikah indahnya, atau skenario tentang cinta paling menyakitkan yang tak sengaja kurasakan.
Entahlah. yang jelas malam ini aku hanya ingin tenang, dan membiarkan diriku lelap beralaskan kain merah bata itu.

Minggu, 06 Oktober 2013

Kepada kau, tamu tak diundang

Assalamualaikum
Untukmu yang entah di mana berada, selamat malam.
Ini aku, gadis yang kau bilang wajahnya masih seperti anak SMA. Apa kabarmu wahai pria dua puluh sembilan maret lalu?
Malam ini, ketika mataku hampir tertutup tak sanggup menahan kantuk, tiba-tiba saja ponsel di samping kiri bantal tempatku meletakkan kepala ini bergetar. Hatiku bertanya, "Siapa sih orang yang menghubungiku selarut ini?"

Awalnya aku ogah-ogahan, kuraih ponsel itu. Namun tubuhku bergetar hebat seketika melihat ternyata namamu yang muncul di layar gadget miniku itu. Ujung kaki hingga rambutku seperti disengat listrik 220 volt saat ini. Kau tahu kenapa? Karena hampir tak percaya itu adalah kau. Penyebab lampu pada layar ponselku menyala. Ya, Tuhan... rasanya aku tak bisa menggerakkan tubuhku saat ini.

Kepada kau, tamu tak diundang yang berani masuk dalam hidupku :)
entah bagaimana caraku untuk mengatakannya, bahagia ini benar-benar tak bisa kulukiskan. Ketika aku menekan tombol answer pada touchscreen miniku itu.

"Hei, apa kabar?" ucapmu lirih.
"Masih boleh kah aku menghubungimu?"
"Bagaimana keadaanmu? Apa kau baik-baik saja?"
"Aku tak mengganggumu, kan?"

Senangnya aku dapat mendengar suara mu yang slalu menenangkanku itu lagi. Sudah lama rasanya aku tak berbincang denganmu.

Kepada kau, suara di ujung telepon malam ini. Aku bahagia :) meski aku tak sempat menjawab pertanyaan darimu itu, karena pada saat ini lidahku kaku dan sinyalpun jua tak bersahabat. Namun aku sungguh bahagia :)
Kau tahu? Ketika kau menanyakan kabarku lagi, hatiku tak hentinya mengucap syukur pada Tuhan.

Kepada kau penyebab penantian di ujung malam-malamku kini, thanks for tonight. Tak kurang dari satu menit dua puluh empat detik baru saja, tak mengapa. Itu tak membuat hatiku murung. Aku berharap, ini menjadi awal yang baik untuk semuanya.

Kepada kau yang (pernah) dan (masih) ada dihati ini, terima kasih untuk waktu yang kurang dari sepertigapuluh jam malam ini. Semoga Allah menunjukkan jalan untuk 'kita' yang (belum)  berakhir. Untuk 'kita' yang (sebenarnya) masih berjuang dalam doa. Terima kasih karena malam ini. Lewat doa, aku titipkan rindu ini, melalui Sang Illahi menujumu yang ada di kota sebrang.

Kepada kau, pria dua puluh sembilan maret lalu, dalam sunyinya malam ini, dalam lirih suara di ujung telepon tadi, aku merindukanmu (lagi).

Tears!


Sabtu, 14 September 2013

Dwitasari :): Jalan Pulang Untuk Rindu

Dwitasari :): Jalan Pulang Untuk Rindu: Langit Kelabu di sinar mataku, 1 Februari 2012 Untukmu, yang mungkin telah melupakan aku Surat ini khusus kualamatkan ke rumah hatim...